Ini pengakuan Brimob yang eksekusi mati para terpidana

Beberapa personel Brimob Polda Jateng memperoleh pekerjaan mengeksekusi beberapa terpidana mati di Nusakambangan. Bukanlah perkara gampang jadi eksekutor suatu hukuman mati. Bagaimanakah perasaan mereka waktu menembak mati beberapa terpidana itu?

Seseorang anggota Brimob sebagai eksekutor hukuman mati gelombang pertama menceritakan pengalamannya. Dia bertugas menembak seseorang terpidana pada 8 Januari lantas.

Menurut dia lebih gampang menarik pelatuk. Yang lebih susah yaitu waktu mesti menyentuh korbannya segera. Sang algojo mesti mengikat badan calon korbannya di suatu tiang dengan tali.

 " Beban mental yang lebih berat itu yaitu petugas yang perlu mengikat terpidana, daripada algojo penembak, " kata dia, seperti ditulis surat berita the Guardian, minggu lantas. " Soalnya mereka bertanggungjawab untuk membawa terpidana serta mengikat ke-2 tangan mereka hingga pada akhirnya mereka mati. "

Sang algojo yang juga anggota Brimob itu tidak ingin dijelaskan namanya lantaran masalah ini cukup peka.

Terkecuali dibebani pekerjaan teratur, anggota Brimob juga ditugasi jadi eksekutor terpidana mati. Mereka dibayar kurang dari Rp 1, 3 juta untuk menggerakkan pekerjaan ini.

Waktu di tanya bagaimanakah perasaannya saat jadi salah satu algojo penembak, dia menyampaikan " Ini bakal jadi rahasia seumur hidup. "

Saat didesak lagi, dia terdiam sebagian waktu.

 " Juga sebagai seseorang anggota Brimob saya mesti mengerjakannya serta saya tidak mempunyai pilihan, " kata dia seraya menyeka matanya serta memandang ke arah langit.

 " Namun juga sebagai manusia, saya akan tidak melupakan peristiwa ini seumur hidup, " kata dia, seperti ditulis news. com. au, Rabu (11/3).

Dalam proses hukuman mati ini ada dua tim yang ditugaskan. Tim pertama yaitu yang membawa terpidana ke tiang buat diikat. serta Tim ke-2 yaitu penembak. Anggota Brimob itu menyampaikan dia telah pernah ada di ke-2 tim itu.

 " Kami lihat terpidana itu dari dekat, dari waktu mereka masih tetap hidup, bicara, sampai mereka mati. Kami ketahui persis seluruhnya peristiwa itu. "

Lima anggota Brimob ditugaskan untuk mengawal tiap-tiap terpidana, mulai dari membawa mereka keluar sel sampai menggiring merk ke tiang. Petugas menyampaikan terpidana dapat pilih untuk tutup muka mereka saat sebelum diikat agar posisi mereka tak bergerak waktu berdiri di tiang.

Dengan tali tambang mereka mengikat terpidana ke tiang dalam situasi berdiri atau berlutut sesuai sama apa yang diinginkan mereka.

 " Saya tak bicara dengan terpidana. Saya perlakukan mereka seperti keluarga sendiri. Saya cuma katakan, " Maaf, saya cuma menggerakkan pekerjaan. "

Beberapa terpidana mati itu bakal menggunakan pakaian berwarna putih apabila ingin mata mereka dapat ditutup.

Di dalam kegelapan malam, sinar obor bakal menerangi lingkaran berdiameter 10 sentimeter pas di jantung mereka.

Pasukan penembak yang terbagi dalam 12 orang bakal berdiri seputar lima sampai sepuluh mtr. serta menembakkan senapan M16s waktu diperintah.

Beberapa algojo itu diambil berdasar pada kekuatan menembak serta keadaan mental dan kesehatan fisik. Mereka menembak dengan cara bergiliran.

 " Seluruhnya beres kurang dari lima menit, " kata dia. " Sesudah ditembak, terpidana itu bakal lemas lantaran telah tak bernyawa. "

Seseorang dokter mengecek korban untuk mengambil keputusan apakah dia telah mati atau belum. Bila belum jadi petugas bakal menembak terpidana di kepala dalam jarak dekat. Korban lalu bakal dimandikan serta dimasukkan ke peti mati.

Algojo itu menyampaikan dia cuma menggerakkan pekerjaan berdasar pada ketentuan hukum.

 " Saya terikat sumpah prajurit. Terpidana telah tidak mematuhi hukum serta kami cuma algojo. Masalah apakah ini berdosa atau tak kami serahkan pada Tuhan.

Sesudah melakukan eksekusi, petugas melakukan tuntunan spiritual serta psikologi sepanjang tiga hari. Seseorang algojo juga di beri batas optimal jumlah eksekusi yang dapat dikerjakannya.

 " Bila hanya sekali atau 2 x tidak jadi masalah, namun bila mesti berulang-kali dapat memengaruhi dengan cara psikologi, " kata dia.

 " Saya inginnya tak terus menerus jadi algojo. Saya juga tak sukai mengerjakannya. Bila ada anggota lain, agar mereka saja. "

Satu hari dia mengharapkan dapat melupakan seluruhnya ini. " Saya ingin mereka beristirahat dengan tenang, " kata dia. " Begitupun saya. "
Share on Google Plus

About Unknown

Redaksi Post merupakan Media Online Indonesia yang mengangkat berita-berita terhangat setiap harinya yang dikemas secara lengpak dari sumber terpercaya.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar:

Posting Komentar