Dosen hukum pidana di Kampus Trisakti, Yenti Garnasih, menyampaikan Presiden Joko Widodo tak tambah baik daripada Susilo Bambang Yudhoyono dalam memberantas korupsi. Tanda-tandanya, penggodokan instruksi presiden masalah pencegahan korupsi yang dinilai tidak pas dengan korupsi yang berlangsung di Indonesia.
" Pada awal mulanya, Pak SBY dalam pemberantasan korupsi bagus sekali. Bahkan juga dia menyerahkan menteri serta ketua partainya. Saat ini pemberantasan korupsi jadi dilonggarkan dengan wacana inpres, " tutur Yenti dalam diskusi antikorupsi Liputan6 di Cafe Brewerkz, Jakarta, Ahad, 15 Maret 2015.
Jokowi merencanakan menerbitkan inpres perihal pemberantasan korupsi. Inpres yang diusulkan Tubuh Rencana Pembangunan Nasional itu bakal konsentrasi pada pencegahan yang diusahakan memperoleh jumlah 70-75 % dari program tindakan pemberantasan korupsi di Indonesia.
Yenti menilainya semestinya penindakan masih tetap jadi program paling utama dalam pemberantasan korupsi. Korupsi di Indonesia, menurut doktor bagian pencucian duit ini, masih tetap susah didekati dengan program pencegahan. " Kenyataan yang berlangsung yaitu kejahatan korupsi terus berlangsung, " ucapnya.
Yenti menyebutkan prestasi pemberantasan korupsi Indonesia belum sebagus Hong Kong. Sekarang ini, kata dia, Independent Committee Against Corruption atau KPK Hong Kong telah dapat meletakkan jumlah pencegahan semakin besar daripada penindakan. " Namun, untuk hingga kesana, prosesnya panjang. Serta, dalam sistem panjang itu, program penindakan jadi tonggaknya
- Blogger Comment
- Facebook Comment
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
0 komentar:
Posting Komentar