Pidato Presiden Joko Widodo waktu buka Konferensi Asia Afrika (KAA) di Jakarta Convention Center (JCC), Rabu (22/4) memperoleh sambutan luar umum dari beberapa kepala Negara peserta KAA. Tepuk tangan penuhi ruang JCC di akhir pidatonya. Pidato yang dibacakan oleh orang nomer satu di Indonesia itu dinilai terlampau bagus. Bahkan juga, untuk seorang yang tidak mempunyai pengalaman internasional terkecuali jual-beli beberapa produk kayu. Siapakah yang membuat pidato itu? Nyatanya mereka yaitu Andi Wijayanto, Luhut B Pangaribuan, Rizal Sukma serta Sukardi Rinakit. Pidato itu disediakan mulai sejak lama oleh suatu tim yang dimaksud Tim Substantif itu. Jadi layak saja, bila pidato itu menggemparkan. Tetapi, disisi lain pidato itu juga dikira mencemaskan lantaran tak realistis serta bahkan juga dapat dikira imajinatif. Umpamanya, Jokowi mengajak negara-negara Asia Afrika menyingkirkan ketergantungan pada lembaga-lembaga keuangan internasional seperti Bank Dunia, Bank Pembangunan Asia (ADB) serta Dana Moneter Internasional (IMF). Namun sebagian minggu lantas pemerintah mengulas utang baru dari Bank Dunia serta ADB. Pidato itu mungkin saja terdengar bagus di telinga delegasi asing yang menghadiri KAA. Namun di telinga warganegara Indonesia yang mengerti begitu tim ekonomi pemerintahan Jokowi tak mempunyai semangat Trisakti, pidato itu terdengar sumbang. Tim ekonomi Jokowi tak kian lebih beberapa kumpulan ekonom yang mempunyai hoby unik : menambah harga keperluan rakyat untuk membuat cantik catatan keuangan. Tersebut disini isi pidato itu : Yang terhormat pemimpin negara serta pemerintahan, pemimpin delegasi. Yang terhormat, Juiceuf Kalla, Megawati, BJ Habibie, Tri Sutrisno, Hamzah Haz. Atas nama rakyat serta pemerintah Indonesia saya katakan selamat datang di Indonesia, negara penggagas serta tuan rumah KAA 1955.
Enam puluh th. lantas Ayah Bangsa kami Presiden Soekarno, Bung Karno, mencetuskan ide itu untuk menghidupkan kesadaran bangsa-bangsa Asia serta Afrika utk memperoleh hak hidup juga sebagai bangsa merdeka yang menampik ketidakadilan, yang menentang semua bentuk imperalisme. Enam puluh th. lantas, solidaritas Asia-Afrika, kita kumandangkan untuk memperjuangkan kemerdekaan. Untuk membuat kesejahteraan serta untuk berikan keadilan untuk rakyat kita. Tersebut gelora KAA 1955. Tersebut esensi semangat Bandung. Saat ini, 60 th. lalu, kita kembali bersua di negeri ini, di Indonesia, dalam situasi dunia yang tidak sama bangsa-bangsa terjajah sudah merdeka serta berdaulat, tetapi perjuangan kita belum usai. Yang mulia beberapa hadirin sekalian, Dunia yang kita warisi saat ini masih tetap sarat dengan ketidakdilan, kesenjangan serta kekerasan global, harapan berbarengan tentang lahirnya suatu peradaban baru, suatu tatanan dunia baru berdasar pada keadilan, kesetaraan, serta kemakmuran, masih tetap jauh dari harapan. Ketidakadilan serta tidak seimbangan global masih tetap terpampang dihadapan kita. Saat negara-negara kaya yang cuma seputar 20 % masyarakat dunia, menggunakan 70 % sumber daya bumi jadi ketidakadilan jadi riil. Saat beberapa ratus orang di belahan bumi samping utara nikmati hidup super kaya, sesaat 1, 2 miliar masyarakat dunia di samping selatan tak berdaya serta berpendapatan kurang dari 2 dolar /hari, jadi ketidakadilan makin kasat mata.
Pidato Presiden Joko Widodo waktu buka Konferensi Asia Afrika (KAA) di Jakarta Convention Center (JCC), Rabu (22/4) memperoleh sambutan luar umum dari beberapa kepala Negara peserta KAA. Tepuk tangan penuhi ruang JCC di akhir pidatonya. Pidato yang dibacakan oleh orang nomer satu di Indonesia itu dinilai terlampau bagus. Bahkan juga, untuk seorang yang tidak mempunyai pengalaman internasional terkecuali jual-beli beberapa produk kayu. Siapakah yang membuat pidato itu? Nyatanya mereka yaitu Andi Wijayanto, Luhut B Pangaribuan, Rizal Sukma serta Sukardi Rinakit. Pidato itu disediakan mulai sejak lama oleh suatu tim yang dimaksud Tim Substantif itu. Jadi layak saja, bila pidato itu menggemparkan. Tetapi, disisi lain pidato itu juga dikira mencemaskan lantaran tak realistis serta bahkan juga dapat dikira imajinatif. Umpamanya, Jokowi mengajak negara-negara Asia Afrika menyingkirkan ketergantungan pada lembaga-lembaga keuangan internasional seperti Bank Dunia, Bank Pembangunan Asia (ADB) serta Dana Moneter Internasional (IMF). Namun sebagian minggu lantas pemerintah mengulas utang baru dari Bank Dunia serta ADB. Pidato itu mungkin saja terdengar bagus di telinga delegasi asing yang menghadiri KAA. Namun di telinga warganegara Indonesia yang mengerti begitu tim ekonomi pemerintahan Jokowi tak mempunyai semangat Trisakti, pidato itu terdengar sumbang. Tim ekonomi Jokowi tak kian lebih beberapa kumpulan ekonom yang mempunyai hoby unik : menambah harga keperluan rakyat untuk membuat cantik catatan keuangan. Tersebut disini isi pidato itu : Yang terhormat pemimpin negara serta pemerintahan, pemimpin delegasi. Yang terhormat, Juiceuf Kalla, Megawati, BJ Habibie, Tri Sutrisno, Hamzah Haz. Atas nama rakyat serta pemerintah Indonesia saya katakan selamat datang di Indonesia, negara penggagas serta tuan rumah KAA 1955
Saat ada sekumpulan negara kaya terasa dapat merubah dunia dengan memakai kekuatannya, jadi tidak seimbangan global terang membawa sengsara yang makin kentara saat PBB tak berdaya. Aksi-aksi kekerasan tanpa ada mandat PBB, seperti kita saksikan, sudah menafikkan kehadiran tubuh dunia yang kita punyai berbarengan itu. Oleh karenanya kita bangsa-bangsa di Asia-Afrika menekan reformasi PBB. Supaya berperan dengan cara maksimal juga sebagai tubuh dunia yang memprioritaskan keadilan untuk kita seluruhnya, untuk seluruhnya bangsa. Untuk saya, ketidakadilan global merasa makin menyesak dada. Saat semangat Bandung yang menuntut kemerdekaan untuk seluruhnya bangsa-bangsa Asia-Afrika masih tetap tersisa utang sepanjang enam dasawarsa. Kita serta dunia masih tetap berutang pada rakyat Palestina. Dunia tak berdaya melihat penderitaan rakyat Palestina yang hidup dalam ketakutan serta ketidakadilan disebabkan penjajahan yang berjalan demikian lama. Kita tak bisa berpaling dari penderitaan rakyat Palestina, kita mesti selalu berjuang berbarengan mereka. Kita mesti mensupport lahirnya suatu negara Palestina yang merdeka. Yang mulia pada hadirin sekalian, Ketidakadilan global juga merasa saat sekumpulan dunia malas mengaku kenyataan dunia yang sudah beralih. Pandangan yang menyampaikan bahwa masalah ekonomi dunia cuma dapat dikerjakan oleh Bank Dunia, IMF serta ADB yaitu pandangan yang usang yang butuh dibuang.
Saya berpendirian pengelolaan ekonomi dunia tak dapat cuma diserahkan pada ketiga instansi keuangan internasional itu. Kita harus bangun suatu tatanan ekonomi baru yang terbuka untuk kekuatan-kekuatan ekonomi baru. Kita menekan dikerjakannya reformasi arsitektur keuangan global untuk menghilangkan dominasi grup negara atas negara-negara lain. Sekarang ini dunia memerlukan kepemimpinan global yang kolektif, yang digerakkan dengan cara adil serta bertanggungjawab serta Indonesia juga sebagai kemampuan ekonomi baru yang bangkit, juga sebagai negara berpenduduk Muslim paling besar di muka bumi, juga sebagai negara demokrasi paling besar ketiga dunia, siap memerankan global juga sebagai kemampuan positif untuk perdamaian serta kesejahteraan. Indonesia siap bekerja bersama dengan seluruhnya pihak untuk mewujudkan harapan mulia itu. Yang mulia pada hadirin sekalian, Hari ini serta besok kita berkumpul di Jakarta untuk menjawab tantangan ketidakadilan serta tidak seimbangan itu. Hari ini serta besok, rakyat kita menunggu jawaban pada persoalan-persoalan yg mereka hadapi. Hari ini serta hari depan dunia menunggu beberapa langkah kita dalam membawa bangsa-bangsa Asia-Afrika berdiri sejajar sama tinggi dengan bangsa-bangsa lain didunia. Kita dapat lakukan itu seluruhnya dengan membumikan Semangat Bandung dengan merujuk pada tiga harapan yang diperjuangkan beberapa pendahulu kita 60 th. lantas.
Pertama, kesejahteraan. Kita mesti pererat kerja sama untuk hapuskan kemiskinan, tingkatkan pendidikan serta service kesehatan, meningkatkan ilmu dan pengetahuan serta tehnologi, serta memperluas lapangan kerja. Ke-2, solidaritas. Kita mesti tumbuh berbarengan serta tingkatkan perdagangan investasi diantara kita dengan bangun kerja sama ekonomi pada lokasi Asia-Afrika dengan sama-sama menolong dalam konektivitas yang menghubungkan pelabuhan-pelabuhan kita, bandara-bandara kita serta jalan-jalan kita. Indonesia bakal bekerja jadi jembatan maritim yang menghubungkan ke-2 benua. Ketiga, kestabilan internal serta eksternal serta penghargaan pada HAM. Kita mesti ajukan pertanyaan apa yang salah dengan kita hingga banyak negara Asia-Afrika dirundung beragam perseteruan internal serta eksternal yang menghalangi pembangunan. Kita mesti bekerja bersama hadapi ancaman kekerasan, pertikaian serta radikalisme seperti ISIS. Kita mesti membuat perlindungan hak-hak rakyat kita. Kita mesti menyebutkan perang pada narkoba yang menghancurkan hari esok anak-anak kita. Kita mesti merampungkan beragam pertikaian baik dalam negeri atau antar negara dengan cara damai. Oleh karena itu Indonesia memprakarsai pertemuan informal negara-negara Organisasi Hubungan kerja Islam untuk mencari penyelesaian beragam perseteruan yang saat ini menempa dunia Islam.
Kita juga mesti berusaha keras membuat kestabilan serta keamanan yang jadi prasyarat pembangunan bangsa. Kita juga mesti yakinkan samudera kita, laut kita, aman untuk jalan raya perdagangan dunia. Kita menuntut supaya sengketa antar negara tak dikerjakan dengan pemakaian kekerasan. Ini pekerjaan serta tantangan dihadapan kita yang perlu kita rumuskan dalam siding KAA ini. Lewat komunitas ini saya mau mengemukakan kepercayaan saya bahwa hari esok dunia ada di seputar ekuator. Di tangan kita. Bangsa-bangsa Asia-Afrika yang ada di dua benua.
- Blogger Comment
- Facebook Comment
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
0 komentar:
Posting Komentar